Psikologi warna seprai sering kali terabaikan. Padahal, hal simpel ini bisa jadi alasan kenapa Anda tetap lelah meski tidur berjam-jam. Studi psikologi menunjukkan bahwa warna mampu memengaruhi mood dan detak jantung hingga relaksasi pikiran.[1] 

Suasana kamar, khususnya warna seprai, bisa menentukan seberapa nyenyak Anda beristirahat. Mari kupas bersama bagaimana psikologi warna seprai bekerja dan bagaimana memilihnya bisa jadi kunci tidur berkualitas.

Psikologi Warna dan Kualitas Tidur

Photo by pickpik

Warna ternyata bukan sekadar estetika, tapi juga stimulus bagi tubuh dan pikiran. Penelitian menunjukkan bahwa cool tones seperti biru dan hijau mampu menurunkan detak jantung serta tekanan darah.[2] Warna ini juga menciptakan atmosfer tenang yang meredakan stres. 

Sebaliknya, warna hangat cenderung merangsang energi sehingga kurang ideal untuk relaksasi malam. Inilah mengapa hotel bintang lima kerap memilih linen netral atau pastel: lembut di mata sekaligus menenangkan saraf. 

Hubungan warna dan suasana hati saat tidur begitu nyata. Tepatnya, warna bisa menjadi terapi visual yang membantu tubuh masuk ke mode istirahat lebih cepat.

Efek Warna Populer untuk Seprai

Photo by nhadatvideo on flickr

Biru adalah warna paling populer di dunia untuk kamar tidur,[3] salah satu alasannya karena efek calming yang bantu menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, biru juga ideal untuk seprai terutama bagi penderita insomnia ringan.

Sementara itu, hijau menghadirkan suasana alami, seolah ketenangan hutan atau taman masuk ke kamar Anda. Putih, meski sederhana, memberi kesan yang lapang dan bersih sekaligus minimalis.

Abu-abu juga menjadi salah satu yang populer karena netral dan stabil serta mudah memadukannya dengan berbagai gaya interior. Sementara itu, warna pastel—seperti lembutnya pink pucat atau ungu muda—menciptakan atmosfer hangat yang mengundang relaksasi. 

Singkatnya, pilihan warna seprai yang menenangkan bukan hanya mempercantik kamar, tapi juga menjadi katalis tidur yang lebih pulas.

Hindari Warna Ini untuk Kamar Tidur

Photo by interiorAI

Penelitian menunjukkan warna cerah dan mencolok, seperti merah atau oranye terang, cenderung merangsang sistem saraf sehingga sulit bagi tubuh untuk masuk ke mode relaksasi.[4] 

Dalam konteks psikologi warna dalam kamar tidur, pilihan warna ini lebih tepat untuk ruang kerja atau area aktivitas karena mampu picu energi dan fokus. Namun, jika Anda menerapkannya di seprai, efeknya bisa berbalik: otak terus terstimulasi dan tidur menjadi tidak nyenyak. 

Itulah sebabnya, memilih warna seprai bukan hanya soal estetika, melainkan juga strategi menjaga kualitas istirahat.

Seprai dan Gaya Interior Pribadi

Photo by freerange

Pengaruh warna seprai terhadap tidur erat kaitannya dengan preferensi pribadi dan suasana yang ingin dibangun. Bahkan, warna seprai bisa jadi strategi sederhana untuk mengubah nuansa kamar.

Misalnya, biru sangat pas untuk kamar bernuansa coastal atau pantai karena memberi kesan segar dan terang. Sementara itu, krem atau beige cocok untuk gaya Scandinavian yang hangat sekaligus minimalis. Putih, di sisi lain, menjadi andalan bagi yang menyukai tampilan modern dan rapi.

Menariknya, mengganti seprai bisa menjadi cara makeover instan tanpa renovasi bear. Dengan memilih warna yang tepat, kamar tidur bukan hanya tampak indah, tapi juga menghadirkan atmosfer yang mendukung tidur berkualitas.

Benang Merah: Estetika, Kenyamanan, dan Psikologi

Photo by Shashi Chaturvedula on unsplash

Pilihan warna seprai sejatinya bekerja di tiga lapis: estetika, kenyamanan, dan efek psikologis. Warna yang indah memang mempercantik kamar, tapi kenyamanan kain serta sugesti visual yang muncul jauh lebih menentukan kualitas tidur. 

Seperti biru yang menenangkan, putih yang memberi kesan bersih, atau warna pastel untuk kamar tidur yang menghadirkan rasa hangat. Semua ini menunjukkan bahwa warna lebih dari sekadar dekorasi, melainkan elemen yang mengubah pengalaman tidur menjadi lebih rileks dan sehat serta menyenangkan.

Seprai dan Mattress Protector dari Domi

Jika warna mampu mengubah pengalaman tidur, maka pilihan produk yang tepat akan melengkapi efeknya. Seprai Domi hadir dengan dua warna netral—abu-abu dan putih—yang serbaguna, fleksibel untuk berbagai gaya kamar, sekaligus menciptakan nuansa tenang dan minimalis. 

Sarung bantal dan gulingnya juga senada, sehingga tercipta harmoni visual yang menenangkan mata sebelum istirahat. Tak kalah penting, Domi Mattress Protector menjaga kasur tetap bersih dari lembap maupun noda. Dengan begitu, sensasi higienis selalu terjaga setiap malam. 

Bagi Anda yang mendambakan tidur sehat dan praktis, kombinasi ini menawarkan kenyamanan sekaligus estetika tanpa kompromi.

Warna bukan sekadar hiasan kamar, tapi terapi yang memengaruhi cara tubuh dan pikiran beristirahat. Seprai, di sisi lain, bisa jadi pintu masuk sederhana untuk menciptakan suasana tidur yang lebih rileks dan tenang serta menyenangkan. Mulailah dengan memilih nuansa yang sesuai mood Anda, atau manfaatkan opsi netral dari Domi untuk hasil maksimal. Pada akhirnya, memahami psikologi warna seprai adalah langkah kecil dengan dampak besar bagi kualitas tidur Anda.

Akhir-akhir ini, tujuan travelling memang semakin beragam. Ada orang yang lebih suka mencari spot-spot aesthetic instagramable, berburu kuliner di restoran dan kafe hits, atau datang ke tempat wisata ikonik dan legendaris. Bahkan, ada juga orang sengaja melakukan sleep tourism.

Apa itu sleep tourism? Ini adalah fenomena unik ketika orang-orang rela travelling hanya untuk tidur dan beristirahat. Tujuannya agar pola dan kualitas tidur membaik tanpa ada gangguan yang  berarti. Fenomena ini sedang tren dan naik daun di kalangan anak muda. 

Karena itu, berikut adalah ulasan tuntas tentang sleep tourism, mulai dari definisi, alasan tren ini jadi populer, manfaat, dan informasi penting lainnya!

Mengenal Sleep Tourism Lebih Dekat

Tahukah Anda jika sepertiga orang dewasa di seluruh dunia sering kali kurang tidur?[1] Jika hal ini hanya terjadi satu atau dua kali, mungkin dampaknya tidak akan terlalu terasa. Namun, bila Anda terus menerus kurang tidur, sadar tidak sadar aktivitas harian pasti akan terganggu. 

Semakin hari, semakin banyak orang yang mulai menyadari hal ini. Inilah alasan mengapa fenomena sleep tourism muncul dan tumbuh subur di era modern ini. Sebuah riset bahkan mengungkap kalau sleep tourism market size mencapai USD 74.54 miliar di tahun 2024 dan diprediksi naik 12.4% dari tahun 2025-2030.[2]

Bisa dibilang, sleep tourism adalah travelling untuk tidur. Banyak orang memaknai fenomena ini sebagai tren “pindah tidur ke hotel” saja, namun ternyata maknanya jauh lebih luas. Anda juga melakukan self-care, healing, dan hal-hal lain yang bisa membantu meningkatkan kualitas tidur. 

Karena market size yang terus meningkat, hotel, villa, dan penginapan lain mulai memfasilitasi tren ini dalam beberapa tahun terakhir. 

Misalnya dengan:

  • Meningkatkan kualitas kamar, mulai dari bedding yang nyaman, pengontrol suhu berkualitas, hingga teknologi sound proof dan sound canceling.
  • Menawarkan Pillow Menus, yang terdiri dari pilihan bantal. Anda bisa memilih bantal yang terbuat dari bulu angsa, memory foam, dan lain-lain agar tidur lebih pulas. 
  • Menawarkan layanan spa dan self-care lain. 
  • Memberikan sleep kit, yang terdiri atas body butter, bantal, cooling eye mask, teh, dan coklat panas.
  • Menawarkan aktivitas tertentu yang bisa membantu meningkatkan kualitas tidur. 

Alasan Tren Sleep Tourism Muncul

Setelah mengenal apa itu sleep retreat atau tourism, kini saatnya mencari tahu alasan kenapa tren ini muncul. 

Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya, yaitu:

  • Gaya hidup serba cepat, sehingga orang-orang hanya ingin beristirahat sejenak.
  • Sibuk kerja sampai burnout, yang membuat produktivitas menurun. 
  • Kelelahan kronis, sampai mengurangi kualitas tidur. 
  • Insomnia akibat paparan paparan gadget dan stres. 

Sleep Tourism Cocok untuk Siapa?

Sebenarnya, semua orang berhak untuk mengikuti tren sleep tourism. Khususnya jika Anda:

  • Para profesional muda yang ingin istirahat sejenak setelah sibuk bekerja.
  • Ibu rumah tangga yang kelelahan mengurus rumah, suami, dan anak.
  • Pebisnis yang ingin recharge total
  • Mahasiswa yang stress belajar, khususnya saat menghadapi skripsi, tesis, atau disertasi di tingkat akhir. 

Kenapa Harus Memperbaiki Pola dan Kualitas Tidur? 

Meskipun beberapa orang menganggapnya sebagai tren sesaat, namun sebenarnya ada banyak manfaat sleep tourism bagi kesehatan fisik dan mental. 

Jika pola dan kualitas tidur baik, Anda bisa mendapatkan manfaat berikut:

1. Menjaga Kesehatan Mental

Gangguan tidur sering kali dikaitkan dengan tingkat tekanan psikologis yang lebih tinggi, termasuk anxiety dan depresi. Hal ini karena pola dan kualitas tidur yang buruk bisa meningkatkan respons emosional negatif terhadap stresor. Pada saat bersamaan emosi positif pun kian menurun.[3]

Jadi, untuk menjaga kondisi mental agar tetap stabil, pastikan Anda tidur cukup dan berkualitas. Cara ini bisa menurunkan risiko stress, anxiety, depresi, dan gangguan kesehatan mental yang lain. 

2. Meningkatkan Sistem Imun

Selain berpengaruh pada kesehatan mental, kurang tidur juga punya pengaruh besar pada kesehatan fisik Anda. Ketika kualitas tidur buruk, sistem imun akan terganggu. Hal ini bisa memicu peradangan kronis dan juga peningkatan risiko infeksi patologi.[4]

Karena itu, usahakan untuk tidur setidaknya 7-8 sehari agar sistem imun bisa recharge dengan lebih maksimal dan bisa berfungsi dengan lebih optimal. 

3. Meningkatkan Produktivitas

Sadar tidak sadar, tidur juga punya pengaruh besar pada produktivitas. Pasalnya, kurang tidur bisa membuat Anda sulit fokus, sulit konsentrasi, tidak bisa berpikir jernih, dan tidak bisa berpikir kreatif. Selain itu, Anda juga rentan lelah, yang membuat produktivitas turun drastis.[5]

Mengingat semua manfaatnya, tidur berkualitas adalah sebuah kebutuhan, bukan kemewahan. Semua orang membutuhkannya. Hal inilah yang dipahami oleh Domi. Karena itu, Domi menciptakan Domi Bliss Mattress, kasur yang dirancang untuk menghadirkan pengalaman tidur sekelas hotel premium. 

Jadi, Anda tidak perlu terlalu sering melakukan sleep tourism karena bisa mendapatkan kenyamanan yang sama langsung dari rumah. Kasur ini memadukan material terbaik dengan kombinasi lapisan sempurna, yang bisa memberi kenyamanan dan dukungan ekstra saat tidur. Jadi, ayo coba sekarang juga!

Jika dilihat dari luar, tidur hanya dimaknai sebagai rutinitas harian yang wajib dilakukan untuk istirahat. Namun, ternyata aktivitas ini punya filosofi yang lebih dalam. Jadi, tidak heran jika ada negara yang punya tradisi tidur unik. Misalnya seperti kebiasaan tidur orang Jepang yang beda dengan di Indonesia. 

Jika Anda bertanya-tanya orang Jepang kalau tidur pakai apa, mereka suka memakai futon. Berbeda dengan orang Indonesia yang lebih suka memakai kasur busa, spring bed, atau kapuk. Futon sendiri adalah kasur tipis, datar, dan berisi bahan lembut yang digunakan untuk tidur di lantai atau di bingkai kayu.[1]

Pemilihan futon ini bukan tanpa alasan. Karena itu, pelajari makan di balik tidur memakai futon dan kebiasaan-kebiasaan tidur orang-orang dari negara lain yang tidak kalah unik!

Kenapa Orang Jepang Suka Memakai Futon?

Sumber: Wikimedia/@Micha L. Rieser edited by Canva

Kalau melihat dari sejarahnya, orang Jepang sudah menggunakan futon untuk tidur sejak zaman dulu. Pada waktu itu, hanya bangsawan kaya raya saja yang bisa menggunakannya. Sedangkan orang biasa tidur dengan memakai tikar. Tujuannya agar tubuh tidak kepanasan di musim panas dan tidak kedinginan di musim dingin. 

Namun, pada abad ke-18, penggunaan futon jadi lebih luas. Pada saat itu, kapas dan katun sudah lebih mudah ditemukan. Jadi, biaya untuk membuat futon tidak semahal dulu. Hasilnya, kasur ini bisa diproduksi secara masal dan mulai digunakan oleh orang Jepang, dari dulu hingga sekarang.

Jika kebanyakan orang di dunia beralih ke kasur yang lebih modern, kebanyakan orang Jepang masih mempertahankan cara tidur yang tradisional ini. 

Alasannya sederhana, yaitu karena:

1. Prinsip Minimalis & Efektivitas Ruang

Bentuk kasur futon Jepang itu unik karena bisa dilipat hingga menjadi tempat duduk. Ada tiga bagian di dalamnya, yaitu shikibuton (matras), kakebuton (selimut), dan makura (bantal). Karena bisa dilipat, kasur ini jadi lebih mudah dirapikan. Sangat ideal untuk orang-orang yang mengedepankan efektivitas ruang.

Selain itu, kasur ini juga mencerminkan budaya Jepang yang serba sederhana dan praktis. Selama nyaman dan bisa melindungi dari dingin dan panas, maka mereka tidak ragu untuk terus menggunakan kasur ini di zaman modern seperti sekarang.

2. Baik untuk Kesehatan

Bagi yang belum tahu bagaimana orang Jepang tidur, mereka biasanya hanya menggelar futon atau bingkai kayu di lantai dan tidur di sana. Namun jangan salah, karena meski sederhana ada manfaat kesehatan yang bisa Anda rasakan saat tidur di kasur ini. 

Kasur Jepang terkenal antidebu dan antijamur karena lebih mudah untuk dijemur di bawah sinar matahari dengan lebih rutin. Selain itu, futon juga firm, sehingga bisa menyelaraskan tulang belakang dan membenarkan postur saat tidur. Ini ideal untuk Anda yang rentan sakit punggung.[2]

Kebiasaan-Kebiasaan Tidur Unik di Negara Lain

Setelah tahu apa yang digunakan orang Jepang untuk tidur, kini saatnya untuk mengintip kebiasaan tidur unik di negara lain. 

1. Kebiasaan Tidur Orang Korea

Sumber: Freepik/@kstudio edited by Canva

Tidak jauh berbeda dengan orang Jepang, orang Korea juga terbiasa tidur di lantai. Karena itu, mereka menciptakan ondol, sistem pemanas lantai di rumah tradisional yang bisa melindungi mereka dari suhu dingin di musim dingin. Uniknya, ondol sudah ada sejak tahun 900-800 SM.[3]

Inilah kebiasaan tidur orang Korea yang sangat mencolok. Mereka mementingkan suasana kamar yang tenang dan hangat agar bisa rileks dan beristirahat dengan nyaman.

2. Kebiasaan Tidur Orang Skandinavia

Sumber: Freepik/@freepik edited by Canva

Berbeda dengan orang Jepang dan orang Korea yang suka tidur di lantai, sebenarnya orang Skandinavia lebih suka tidur di kasur modern. Namun uniknya, jika tidur berdua, mereka akan menggunakan dua selimut yang berbeda. Ini tentu tidak seperti orang Indonesia yang lebih suka berbagi selimut yang sama. 

Kebiasaan tidur ini dinamakan Scandinavian Sleep Method. Tujuan utamanya adalah agar kualitas tidur lebih optimal karena tidak terganggu oleh pergerakan orang di samping Anda. Biasanya dilengkapi dengan gaya kamar yang serba putih, natural, dan rapi, yang mendukung rasa tenang.

Hal-Hal yang Bisa Dipelajari dari Kebiasaan Tidur Negara Lain

Ketika melihat tiga budaya tidur di atas, sebenarnya ada banyak hal yang bisa Anda pelajari, seperti:

  • Pentingnya dukungan fisik untuk tidur, seperti permukaan tidur yang firm atau medium firm. Tujuannya agar bisa mendukung postur tidur dan menyelaraskan tulang belakang dengan lebih baik. 
  • Kehangatan dan ketenangan itu sangat penting untuk tidur berkualitas.
  • Menata ulang kamar tidur dengan konsep minimalis bisa jadi pilihan untuk hidup yang lebih praktikal.
  • Pilih bedding yang paling nyaman, mengingat kini sudah ada banyak opsinya.

Salah satu pilihan bedding terbaik adalah Domi Plush Hybrid. Kasur ini menggabungkan kenyamanan khas kasur Jepang (di lantai namun tetap empuk) dan kehangatan ala kasur Korea (supportive dan cozy). Desain kasurnya juga elegan seperti kasur Skandinavia yang terkenal minimalis dan fungsional.

Kasur ini adalah kasur pertama Domi yang menggunakan premium Korean microfiber. Bahan ini sangat populer sebagai bahan bantal dan guling Domi. Ideal bagi semua orang yang mendambakan tidur nyaman dan berkualitas setiap malam, berkaca pada kebiasaan tidur orang Jepang, Korea, dan Skandinavia.

×